Selasa, 16 September 2014

Digaji sama dengan Satpol PP, peneliti RI kabur keluar negeri

MERDEKA.COM. Peneliti pada Pusat Penelitian Politik (P2P) LIPI, Riefqi Muna mengakui banyaknya peneliti hebat Indonesia yang kabur keluar negeri. Alasan ini bukan karena tidak nasionalisme tapi karena Indonesia tidak menghargai ilmu mereka.

Riefqi menyebut kaburnya peneliti hebat Indonesia kabur keluar negeri karena gaji mereka, besaranya hampir sama dengan Satuan Polisi Pamong Praja di Indonesia. Kondisi ini sangat memberatkan dan tidak mendukung peneliti tersebut mengembangkan ilmunya.
"Peneliti di LIPI saja gajinya tidak lebih baik dari Satpol PP. Satpol PP dapat gaji Rp 4 juta - Rp 5 juta. Peneliti cuma Rp 6 juta. Mereka sudah kuliah, belajar dan mengembangkan ilmu. Kondisi ini yang membuat mereka memilih," kata Riefqi ketika ditemui di Kantor LIPI, Jakarta, Selasa (16/9).
Indonesia mempunyai banyak ahli yang dihargai di luar negeri. Sebagai contoh saat ini ada sekitar 27 peneliti Indonesia yang bekerja di Airbus dan Boeing. Mereka juga sudah terlibat langsung dalam pembuatan pesawat AirBus A380.
Kondisi ini, menjadi tantangan presiden terpilih Joko Widodo ke depan untuk lebih menghargai para peneliti dan saintis. Gaji atau uang tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan hidup tapi juga diperlukan untuk peneliti mengembangkan ilmunya. "Di luar negeri mereka dapat tawaran Rp 50 juta - Rp 70 juta sebulan."

Peneliti, kata dia, perlu kebutuhan kebutuhan mendukung penelitian. Misalnya membaca buku, jurnal. Jokowi harus membuka ilmu pengetahuan secara penuh yang ditanggung negara. Misalnya membeli pangkalan jurnal luar negeri yang harganya mencapai Rp 10 miliar. "Gaji tidak cukup membeli buku terbaru," ungkapnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar