Senin, 07 Juli 2014

Djojobojo Menentang Jepang

Jepang datang bukan hanya untuk memenuhi ramalan Jayabaya tapi juga mengingkarinya. Perlawanan pun muncul dari gerakan Djojobojo.
RAMALAN Jayabaya telah lama hidup di tengah masyarakat Jawa. Mereka yakin pemerintah kolonial Belanda akan berakhir karena ramalan Jayabaya menyebutkan, “ayam jantan berbulu kekuning-kuningan, yang datang dari sebelah timur laut akan mengusir kerbau bule bermata biru.” Masyarakat Jawa yakin, tulis Slamet Muljana dalam Kesadaran Nasional I, yang dimaksud ayam jantan berbulu kekuning-kuningan yang datang dari timur laut adalah Jepang.

Anti Fasis Geraf Bergerak

Dengan dukungan dana dari Belanda, Amir Sjarifuddin menyusun organisasi bawah tanah yang menentang fasisme Jepang.
BELANDA menyadari keunggulan Jepang. Kekalahan sudah pasti, namun Belanda tak ingin menyerah. Belanda mencari cara agar tetap bisa melawan Jepang. Charles van der Plass, mantan Gubernur Jawa Timur, kemudian ditugasi untuk membangun sebuah gerakan bawah tanah.

Tjipto Mangoenkoesoemo, Dokter Antifasis

NAMANYA dikenal luas karena diabadikan menjadi nama rumahsakit di Jakarta: Tjipto Mangoenkoesoemo. Di usia 13 tahun (lahir 1886), dia masuk Sekolah Dokter Pribumi (STOVIA). Setelah lulus tahun 1905, dia menjadi dokter pemerintah dan berhasil memerangi penyakit pes di Malang, Jawa Timur. Karena jasanya pemerintah kolonial Belanda memberinya penghargaan Willem Klas 3, namun dia tolak.