Sabtu, 08 Maret 2014

Bapak Terkenal, Anak Jojon Sering Diolok Teman

TEMPO.CO, Jakarta - "Cahyonooooo ...,"  panggilan ini sering disuarakan Jojon ketika
melawak bareng kelompoknya, Jayakarta Grup, di tahun 1980-an. Cahyono dan Jojon adalah motor kelompok lawak ini. Anggota lainnya adalah Uuk dan Johny.

Jojon yang dipanggil Allah pada Kamis, 6 Maret 2014 pukul 06.04 WIB tumbuh dalam model lawakan spontan, tanpa naskah. Dalam  grup Jayakarta, dia dan Cahyono merancang cerita dan skenario sederhana.
Dia mengaku sempat kikuk ketika harus masuk dalam sistem naskah di televisi. Kadang naskah tidak sesuai dengan karakter atau gaya lawakannya.
Dia kadang menghadapi materi naskah yang baginya tidak mengangkat suasana, alias tidak lucu. Dia biasanya akan berembuk dengan penulis naskah, sutradara, dan produser acara. ”Kalau kita hanya mengikuti naskah, lawakan akan jeblok dan kita tidak mendapat poin,” katanya. Poin yang dia maksud adalah membuat orang tertawa.
Dia berkisah, pernah suatu ketika lawakannya sama sekali tidak berhasil memancing gerrr penonton. Padahal, menurut dia, semua pingpong (istilah di kalangan pelawak untuk dialog memancing kelucuan) sudah berjalan dengan baik. Namun, ketika sampai di puncak, reaksi penonton di luar dugaan. Mulut mereka terkunci.
Hal itu merupakan bencana bagi pelawak di mana pun. Keringat segede biji jagung pun tiba-tiba meluncur dari pori-porinya. Jojon mengaku itu merupakan pengalaman yang memalukan (baca pula: Jojon Pernah Manggung di Klub Malam).
"Kalau sudah begitu, rasanya mau pulang saja harus cari jalan belakang biar enggak ketemu orang yang menonton saya," katanya dengan mimik serius. Semua perjuangan di panggung, termasuk kostum andalannya, menjadi sia-sia (baca pula: Apa Jadinya Kalau Jojon tanpa Kumis).
Tidak hanya itu. Saat meniti karier sebagai pelawak dia pun kerap mengalami dilema. Dia sering mendapatkan laporan anaknya yang diolok teman-temannya. "Katanya, bapak elo lucu banget, sih." Bisa dibayangkan bagaimana perasaan anaknya ketika itu.
Jojon pun paham. Yang dia lakukan kemudian adalah berusaha tampil sebaik mungkin. Lambat laun hal itu menjadi biasa. Keluarganya bisa memahami semua yang dilakukannya adalah upaya menjalankan seni peran. "Rasanya senang bukan kepalang kalau penonton tertawa karena lawakan yang kami buat," ujarnya.
Topik: #Jojon | Djuhri Masdjan
UWD | TEMPO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar