Rabu, 19 Februari 2014

Ratusan Jemaah Umroh Terlantar

TEMPO.CO, Semarang - Sebanyak 500 jamaah umroh dari berbagai daerah di Indonesia telantar saat menjalankan ibadah umroh. Mereka berangkat melalui Aman Tour dan Travel. Tumiran, 83 tahun, dan istrinya Sarmi, 76 tahun, warga Desa Tenggugu, Kecamatan Karas, Magetan Jawa Timur mengaku terlunta-lunta saat mengikuti paket umroh melalui biro perjalanan itu.
Cerita bermula ketika Tumiriran bersama 41 warga asal Magetan mendaftar paket umroh yang dikoordinir oleh Pondok Pesantren Al Fatah, Desa Temboro, Karas yang merupakan tetangga desa. Biaya umroh per orang Rp 21 juta. Dalam penyelenggaraan umroh, pihak pesantren bekerja sama dengan Aman Tour dan Travel Semarang. Dari pesantren Al Fatah, mereka diberangkatkan ke Bandara Juanda Surabaya menuju Bandara Soekarno-Hatta Jakarta pada 29 Januari 2014. Di Juanda, mereka bertemu dengan calon jamaah lain dari Malang, Bojonegoro hingga berjumlah 104 orang.
Sesampainya di Bandara Soekarno-Hatta, mereka tak langsung diterbangkan menuju Jedah, Arab Saudi, namun menunggu hingga enam hari. Selama enam hari, mereka diinapkan dua hari di Hotel Serasi, Jalan Husein Sastranegara, Tangerang, lalu empat hari di rumah toko di sekitar bandara Soekarno-Hatta.
Ketika sampai Jedah, mereka bertemu dengan rombongan lain yang juga dikoordinir oleh Aman Tour dan Travel Semarang dari beberapa daerah di Indonesia. Jumlahnya mencapai 500 orang.
Proses terlunta-lunta juga dialami saat di Arab Saudi, baik di Jedah, Madinah maupun Makah. "Di Madinah kita harus pindah beberapa hotel," kata Tumiran saat dihubungi Tempo, Selasa, 18 Februari 2014. "Selama umroh, kami harus empat kali pindah penginapan."
Tumiran dan rombongan baru kembali tiba di bandara Soekarno-Hatta, Selasa siang, 18 Februari 2014. Jadi, total lama perjalanan mencapai 20 hari. "Padahal, awalnya hanya dijanjikan dua minggu," ujarnya.
Ia menyayangkan sikap penyelenggara umroh yang tidak memenuhi janji. Buruknya pelayanan serta perjalanan yang melelahkan mengakibatkan sebagian jamaah jatuh sakit. Tumiran sendiri yang menderita gangguan jantung hanya membawa persediaan obat selama dua minggu.
Abdul Azis, menantu Tumiran menjemputnya di bandara Soekarno-Hatta dan tidak mengizinkan Tumiran dan istrinya melanjutkan perjalanan pulang ke Magetan yang oleh penyelenggara hanya disediakan bus. "Saya harus memeriksakan kesehatan mertua yang sempat terputus minum obat," ujar pria yang tinggal di Pondok Labu, Cinere, Banten saat perjalanan menuju Rumah Sakit Puri Cinere.
Prihatin atas nasib mertuanya yang tak kunjung pulang, sebelumnya Azis mencari informasi tentang Aman Tour dan Travel ke Kementrian Agama di Jalan Lapangan Banteng Jakarta. Dari pihak Divisi Umroh diperoleh informasi jika Aman Tour dan Travel tidak terdaftar sebagai biro penyelenggara umroh di Kementrian Agama. "Saya disarankan melaporkan kejadian ini ke Polisi," kata Azis.
Sedangkan Tumiran merasa enggan untuk melaporkanke pihak polisi dengan alasan yang penting sudah menjalankan umroh dan kembali di Indonesia.
SOHIRIN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar