Jumat, 25 Juli 2014

Kisah Jokowi-JK Pidato di atas Kapal Pinisi (1): Kapten Pinisi Menangis Disalami

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemilihan kapal tradisional pinisi Hati Buana Setia menjadi tempat sekaligus panggung pidato kemenangan Jokowi-JK di Pelabuhan Rakyat Sunda Kelapa atas arahan Jokowi sendiri.

Kapal pinisi Hati Buana Setia adalah Kapal ekspedisi dari Makasar, Sulawesi Selatan. Selasa (22/7) pagi, saat tim sukses Jokowi - JK dan tim tengah mencari kapal sebagai  panggung pidato kemenangan Jokowi-JK, mereka akhirnya diperkenalkan dengan H Mapangile, pemilik sekaligus kapten kapal pinisi Hati Buana Setia. Kapal ini baru saja bongkar muat di Pelabuhan Sunda Kelapa.
"Jadi kapal itu sudah turun barang. Kemudian mau pulang. Saya menemui kapten kapal. Dan kebetulan kapal ini juga berangkat dari Sulawesi Selatan. Jadi kebetulan waktu kita bicara-bicara dia temannya Pak JK," tutur Aria Bima.
Dan mujurnya, Jokowi - JK bukan disambut para pejabat tinggi atau elite partai politik yang mengusungnya, melainkan pemilik kapal, H Mapangile. "Jadi yang menyambut bukan pejabat, tapi kapten kapal. Dia yang langsung menyambut Pak Jokowi dan Pak JK sewaktu masuk ke kapal.
Jadi penyambutan oleh kapten kapal, sebagai mana wajarnya, kalau penumpang masuk itu yang nyambut dan mempersiapkan adalah kapten kapal," kata Bima.
Menurut penuturan Aria Bima, kapten kapal pinisi tersebut sempat menangis terharu,  seusain acara, ketika Jokowi-JK menyalaminya.
"Dia bilang, tidak menyangka kapalnya dipakai untuk pidato seorang presiden. Karena rencananya, dia sudah mau pulang, tapi saya lihat kapalnya, kapal asli Indonesia, kapal Pinisi. Tepat sebagai mana konsep Pak Jokowi yang ingin mengembalikan kejayaan maritim, kelautan dan bahari Indonesia," ujar Bima.
Tempat menarik, unik, dan bernilai tinggi. Ya, target itu telah dicapai Jokowi - JK. Namun ternyata, untuk menghasilkan suatu perhelatan penting dan bersejarah, tidak harus menghabiskan dana besar. Untuk penyampaian pidato kemenangan Jokowi - JK ini misalnya, tim mengeluarkan dana realtif kecil, di bawah Rp 30 juta.
Menurut Aria Bima, semula tim menyediakan biaya lumayan besar, namun ternyata anggaran banyak yang tidak terpakai. Biaya sewa tempat dianggap tidak ada. Sebab, pemilik kapal pinisi Hati Buana Setia, tidak bersedia dibayar sebagai sewa kapalnya.
Rupanya bagi pemilik, dipakai presiden terpilih dan wakil presiden terpilih saja, sudah menjadi kehormatan besar yang tak ternilai harganya. Apalagi pemilik berasal dari Makassar, satu asal dengan Wakil Presiden  terpilih, Jusuf Kalla.
"Biaya? Kami sampai hampir malu. Saya mau bayar kapal, tapi mereka enggak mau menerima. Kapal cepat yang dibawa polisi tadi juga begitu. Karena ternyata yang punya kapal juga merasa terhormat (kapalnya ditumpangi Jokowi - JK, Red)," ujar Aria Bima, politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.
Biaya yang dikeluarkan tim adalah untuk ongkos kecil-kecil, seperti upah kuli angkut yang bekerja membantu mempersiapkan tempat. Kemudian peralatan pencahayaan, soundsytem dan perkusi musik dari Anak Sanggar Akar.
Sedangkan untuk pelabuhan, biaya keamanan, serta serta kapal cepat (speadboad) tanpa biaya. "Ini duitnya utuh. Kurang dari Rp 30 juta biaya yang kami keluarkan," kata Bima sembari memperlihatkan segepok uang kertas terbungkus di dalam tas.
"Karena bagaimana ya? Kapal pinisinya gratis, kapal cepat yang angkut Pak Jokowi-JK gratis. Padahal sudah kami siapkan budgetnya, mereka tak mau terima. Mereka merasa mendapat kehormatan luar biasa. Pengelola pelabuhan merasa terhormat karena Pak Jokowi sudah berkali-kali berkunjung ke Pelabuhan Sunda Kelapa. Bahkan restoran Marina Batavia, bilang Pak Jokowi sering ke sini untuk méngecek pelabuhan dan pengembangan pariwisata DKI," kata Bima.
Nakhoda Kapal Layar Motor (KLM) Hati Buana Setia, Gasaling mengatakan, kapal ini milik H Abdul Rahim Patiwi, warga Palembang, Sumatera Selatan. Setelah H Abdul meninggal, kalap tersebut dikelola H Mapangile, menantunya.
Saat ditemui usai menyaksikan Jokowi berpidato, Gasaling mengaku baru tahu Selasa siang, kapalnya akan dipakai  Jokowi. "Saya sendiri baru balik dari kampung. Mungkin pihak Jokowi sudah koordinasi dengan orang pelabuhan," kata Gasaling.
Saat Jokowi dan JK menggunakannya, kapal sedang berisi muatan semen Holcim yang hendak didikirim Palembang,
Selaku nakhoda kapal, ia mengaku senang dan dengan tangan terbuka menerima tamu yang hendak memakai kapalnya. "Kapal ini biasanya dipakai makan-makan atau pertemuan-pertemuan.
Kalau bangga manusiawi, siapapun kalau yang datang pembesar negara, yah bangga," kata dia.

Gasaling mengaku tidak mengetahui berapa biaya sewa kapal pinisi tersebut. Dia hanya menduga-duga, pihak panita menyerahkan uang kebersihan kepada anak buah kapal. "Tapi berapa jumlahnya, saya nggak tahu. Kemungkinan orang pelabuhan yang koordinassi dengan pmilik, si menantu itu," katanya.
Sehari-hari kapal ini dipakai angkutan barang seperti semen, dan tempurung kelapa.
Gasaling lahir di Bone, Sulawesi Selatan. Namun dia besar di perantauan. Ia pernah tinggal Riau, Palembang, dan Surabaya.

Gasaling menakhodai KLM Hati Buana Setia sejak tiga tahun lalu. Kapal ini dibuat tahun 2006-2007.  Dia mengaku turut bersalaman dengan Jokowi - JK.
Sementara anggota Tim dari Media Center Jokowi - JK di Jalan Cemara, Menteng, Meyhan mengakui acara tersebut dikerjakan dengan sangat tertutup.
"Sebetulnya acara ini rahasia, hanya internal media center. Kami mulai set acara ini sejak 2 hari lalu. Orang dari vendor alat-alat musik dan lighting saja nggak tahu, termasuk orang-orang Pelabuhan," kata Meyhan.
Menurut dia, orang-orang yang terlibat acara pidato kemenangan Jokowi - JK adalah relawan. Lighting dan sound dari vendor. "Ini vendor biasa, bukan perusahaan terkenal. Karena vendor yang lain sudah pada libur dan hanya ini yang ada," katanya.
"Berapa habisnya dana untuk acara ini?" tanya TRIBUNnews.com. Meyhan menjawab, "Budget  sangat rendah. Kisaran saya paling-paling hanya Rp 20 juta."(tribunnews/srihandriatmo malau/abdul qodir)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar